Welcome

Assalamu'alaikum, selamat datang di Blog saya, semoga artikelnya jadi ilmu yang bermanfaat dan menjadi amal jariyah untuk penulis, aamiin. Terimakasih atas kunjungannya

Deksametason

Deskripsi, Golongan/kelas terapi, Nama Dagang, , Indikasi, Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian, Farmakologi, Stabilitas penyimpanan, Kontraindikasi, efek samping, Interaksi, Mekanisme, Bentuk Sediaan, Peringatan, Kasus Temuan Dalam Keadaan Khusus, Informasi Pasien, Monitoring Penggunaan Obat DEKSAMETASON
Deskripsi
- Nama & Struktur Kimia
:
Dexamethasone. C22H29FO5
- Sifat Fisikokimia
:
Praktis tidak larut dalam air; agak sukar larut dalam aseton, dalam etanol, dalam dioksan dan dalam metanol; sukar larut dalam kloroform; sangat sukar larut dalam eter.
- Keterangan
:
Deksametason dan derivatnya, deksametason sodium fosfat dan deksametason asetat, merupakan glukokortikoid sintetik yang digunakan sebagai anti-inflamasi atau imunosupresan. Sebagai glukokortikoid, deksametason 20-30 kali lebih poten dibanding hidrokortiso
Golongan/Kelas Terapi
Antialergi

Asam Mefenamat

Deskripsi, Golongan/kelas terapi, Nama Dagang, , Indikasi, Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian, Farmakologi, Stabilitas penyimpanan, Kontraindikasi, efek samping, Interaksi, Mekanisme, Bentuk Sediaan, Peringatan, Kasus Temuan Dalam Keadaan Khusus, Informasi Pasien, Monitoring Penggunaan Obat Asam Mefenamat
(ilustrasi)
Deskripsi
- Nama & Struktur Kimia
:
N-(2,3-Xylyl)antranilic acid
- Sifat Fisikokimia
:
Berbentuk serbuk putih keabuan. Tidak larut dalam air. Sedikit larut dalam alkohol
- Keterangan
:
pKa : 4.2
Golongan/Kelas Terapi
Anti Inflamasi Non Steroid

Contoh Alat dan Bahan Penelitian


1.            Bahan
Wortel (Daucus carota L.), stroberi (Fragaria x ananassa  L), cabai domba (Capsicum frutescens L.), cabai merah (Capsicum annum L.), jeruk nipis (Citrus aurantifolia), bawang merah (Allium cepa L.), bawang putih (Allium sativum L.), garam, gula, natrium benzoat, kloramfenikol, aquadest, Potato Dextrose Agar (PDA), Nutrien Agar (NA).

2.            Alat
            Alat titrasi, alat-alat gelas yang biasa digunakan dalam laboratorium, wadah untuk sambal (seperti botol), silika jel, termometer (Raksa), desikator, neraca analitik (Mettler toledo), kompor gas, blender (National), viskometer Brookfield (DV-I prime RV), oven (Memmert), vortex (Thermo), autoklaf (Tommy ES315), inkubator (Memmert).

Pengujian Makanan (Evaluasi sediaan)


Evaluasi sediaan meliputi banyak pengujian antara lain uji pH, penentuan total asam, penentuan kadar air, penentuan total padatan terlarut, penentuan viskositas, dan Angka Lempeng Total (ALT) mikroba, dll
1.      Uji pH
Penetapan pH dilakukan dengan menggunakan kertas pH indikator universal dengan cara mencelupkan alat kedalam sampel sediaan sambal, lalu tunggu sebentar sampai terjadi perubahan warna pada kertas indikator kemudian cocokkan dengan nilai pH rujukan yang tertera pada kotak indikator pH.
2.    Uji total asam
Pengujian ini ditentukan dengan metode titrasi. Sampel ditimbang sebanyak 10 gram, dimasukkan kedalam labu takar 250 ml, dan ditambahkan aquadest sampai volume 100 ml, diaduk hingga merata dan disaring dengan kertas saring, diambil filtratnya sebanyak 10 ml dan dimasukkan kedalam erlemeyer lalu ditambahkan phenolptalein 1 % sebanyak 2-3 tetes kemudian dititrasi dengan menggunakan NaOH 0,1 N, titrasi dihentikan setelah terbentuk warna merah muda yang stabil. Standarisasi NaOH menggunakan asam oksalat sebagai larutan baku (AOAC, 1984).
3.      Uji kadar air
Sebanyak 5 gram sampel dimasukkan ke dalam alumunium foil yang telah diketahui bobotnya. Kemudian alumunium berisi sampel ditaruh dalam wadah cawan porselen untuk dikeringkan dalam oven bersuhu 105°C hingga diperoleh berat yang konstan. Sampel didinginkan dalam desikator selama 30 menit lalu ditimbang kemudian dilakukan perhitungan kadar air (SNI 01-2891-1992).
4.      Uji total padatan terlarut

Cabai (Capsicum sp)


Cabai terdiri dari banyak varietas, memiliki nama ilmiah Capsicum sp. Cabai berasal dari Amerika tropis, tersebar mulai dari Meksiko sampai  bagian utara Amerika Selatan, kemudian menyebar ke eropa dan asia. Di Indonesia, umumnya cabai dibudidayakan di  daerah pantai sampai pegunungan. Adapun varietas cabai yang digunakan dalam formula, yaitu:

Makanan Fungsional (Pangan Fungsional)

Makanan fungsional, Pangan fungsional atau Nutraceutical food adalah makan yang memiliki nilai gizi yang baik dalam menunjang kesehatan, meliputi produk yang segar atau utuh sampai produk pangan olahan, fortifikasi zat gizi dalam makanan dan suplemen makanan (Silalahi, 2006:17). Secara Umum makanan fungsional diartikan sebagai makanan yang mampu memberikan efek menguntungkan bagi kesehatan disamping efek nutrisi yang secara prinsip memang dimiliki oleh makanan.
Istilah pangan fungsional dipilih dari sederet istilah yang pernah dipopulerkan sebelumnya seperti: pharmafoods, designer food, nutraceutical food, health foods, therapeutic foods dan banyak lagi.

Saos (Sambal)


            Sambal adalah saus yang berbahan dasar cabai yang dihancurkan sampai keluar kandungan airnya sehingga muncul rasa pedasnya. Setelah ditambah bumbu, rasa pedas itu akan menjelma menjadi penggugah selera yang nikmat. Ada bermacam-macam variasi sambal. Setiap variasi menuntut bahan dan bumbu yang beragam juga. Meskipun sederhana proses pembuatan sambal tidak bisa dianggap sepele. Semua bumbu, bahan, dan cara pembuatannya harus diperhatikan dengan betul. Dengan begitu yang dihasilkan nantinya rasa

Pengawet Makanan Yang Diizinkan dan Dilarang


            Pengawet makanan adalah suatu bahan tambahan pangan yang dapat mencegah atau menghambat fermentasi, pengasaman atau penguraian dan perusakan lainnya terhadap pangan yang disebabkan oleh mikroorganisme     (Afrianti, 2010:33).
Bahan pengawet menurut Baltes (2000) adalah zat kimia yang digunakan untuk mengawetkan makanan melalui mekanisme penghambatan mikroba berdasarkan kerja penghambatannya.
Syarat bahan pengawet makanan adalah sebagai berikut: Memperpanjang umur simpan makanan, aman dalam dosis yang ditentukan, tidak menurunkan kualitas secara organoleptik (warna, bau, atau rasa), mempunyai sifat sebagai antimikroba, ekonomis dan menguntungkan, mudah dilakukan pengujian secara kimia, tidak mengganggu aktivitas pencernaan, tidak mudah bereaksi (inert), tidak bersifat toksik, mudah dilarutkan (Afrianti, 2010:52).
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1168/Menkes/Per/X/1999 tentang perubahan atas peraturan Nomor 722/Menkes/Per/IX/1988 tentang bahan tambahan makanan yang dilarang digunakan dalam makanan yaitu:
1)        Asam Borat dan senyawanya
2)        Asam Salisilat dan garamnya
3)        Dietilpirokarbonat
4)        Dulsin
5)        Kalium Klorat
6)        Kloramfenikol
7)        Minyak Nabati yang dibrominasi
8)        Nitrofurazon
9)        Formalin
10)    Kalium Bromat
Pengawet yang diizinkan digunakan untuk pangan tercantum dalam peraturan Menteri Kesehatan Nomor 722/Menkes/Per/IX/88 tentang bahan tambahan makanan, mencakup: 1) Asam benzoat, 2) Asam propionat, 3) Asam sorbat, 4) Belerang oksida, 5) Kalsium propionat, 6) Kalium benzoat, 7) Kalium bisulfit, 8) Kalium Metabisulfit, 9) Kalium nitrat, 10) Kaliun nitrit, 11) Kalium propionat, 12) Kalium sorbat, 13) Kalium sulfit, 14) Kalsium benzoat, 15) Etip p-Hidroksida benzoat, 16) Kalsium sorbat, 17) Natrium benzoat, 18) Metil p-Hidroksi benzoat, 19) Natrium bisulfit, 20) Natrium metabisulfit, 21) Natrium nitrat, 22) Natrium nitrit, 23) Natrium propionat, 24) Natrium sulfit, 25) Nisin, 26) Propil p-hidroksi benzoat (Afrianti, 2010:38).
Menurut Permenkes No. 235/MenKes/Per/VI/1979, bahan pengawet adalah bahan tambahan makanan yang dapat mencegah fermentasi, pengasaman, atau penguraian lain terhadap makanan yang disebabkan jasad renik.

Natrium Benzoat

Gambar I Struktur Natrium benzoat
Ilmu Farmasi : Natrium benzoat (C7H5NaO2) mengandung tidak kurang dari 99% dan tidak lebih dari 100,5% C7H5NaO2, dihitung terhadap zat anhidrat. Berbentuk granul atau serbuk hablur, putih, tidak berbau, atau praktis tidak berbau, stabil di udara. Kelarutannya mudah larut di air, agak sukar larut dalam etanol dan lebih mudah larut dalam etanol 90%. Simpan dalam wadah tertutup baik (DepKes RI, 1995:584).
Natrium benzoat atau kalium benzoat lebih banyak digunakan karena lebih mudah larut. Benzoat sering digunakan untuk mengawetkan berbagai pangan dan minuman seperti sari buah minuman ringan, saus tomat, saus sambal, selai, jeli, manisan, kecap dan lain-lain. Untuk pembuatan saos konsentrasi yang digunakan yaitu 0,15-0,25% (Wade, 1994:459-461)
Salah satu cara untuk menghambat pertumbuhan mikroba adalah dengan menambahkan zat pengawet ke dalam makanan tersebut. Pengawet merupakan zat yang ditambahkan ke dalam bahan pangan dengan tujuan meningkatkan umur simpan. Kemampuan suatu zat pengawet dalam menghambat pertumbuhan mikroba dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu konsentrasi zat pengawet, jenis, jumlah, umur dan keadaan mikroba, suhu, waktu, dan sifat-sifat kimia serta fisik dari makanan termasuk kadar air, pH, jenis dan komponen yang ada di dalamnya (Fardiaz, 1982).
Menurut Winarno (1986), asam benzoat merupakan bahan pengawet yang sering digunakan pada bahan makanan yang bersifat asam, karena kelarutannya lebih besar maka biasa digunakan dalam bentuk garam.
Tranggono (1989) menyatakan benzoat berfungsi untuk memperpanjang umur simpan suatau makanan dengan cara menghambat pertumbuhan mikroba oleh karena itu benzoat sering juga disebut sebagai senyawa anti mikroba.
Natrium benzoat merupakan garam natrium dari asam benzoat yang sering digunakan pada bahan makanan. Natrium benzoat memiliki karakteristik stabil, tanpa bau, berbentuk kristal putih, larut air dan etanol (Kabara dan Eklund, 1991). Di dalam bahan pangan, natrium benzoat akan terurai menjadi bentuk aktifnya yaitu asam benzoat (DeMan, 1997).
Pengawet yang digunakan adalah asam benzoat atau sodium benzoat. Senyawa ini dapat menghambat pertumbuhan kapang, khamir dan bakteri. Efektivitas fungsi senyawa benzoat dapat bertambah jika produk yang dibuat mengandung garam dan gula pasir. Penggunaan pengawet ini diperbolehkan digunakan dalam jumlah tertentu. Pada produk makanan senyawa benzoat hanya boleh digunakan dengan kisaran konsentrasi 400-1000 mg/kg bahan (Hambali, Suryani, dan Ihsanur, 2007:21).
Benzoat merupakan unsur alami yang terdapat dalam beberapa tumbuhan dan sering digunakan sebagai anti bakteri atau anti jamur untuk mengawetkan makanan. Penambahan ini menghasilkan dalam penurunan kapasitas buffer diet, dan setelah itu akan meningkatkan keasaman dari urin (Mroz et al., 2000).
Penambahan benzoat dalam minuman ringan dengan konsentrasi tidak lebih dari 0.1% tidak membahayakan tubuh (Splittoesser, 1981). Tubuh manusia mampu melakukan proses detoksifikasi terhadap asam benzoat. Melalui reaksi antara asam benzoat dengan asam amino glisin, maka akan terbentuk asam hipurat. Asam hipurat akan dibuang oleh tubuh misalnya melalui urin (Winarno, 1997).
Na-benzoat efektif digunakan pada pH 2.5 sampai 4. Daya awetnya akan menurun dengan meningkatnya pH, karena keefektifan dan mekanisme anti mikroba berada dalam bentuk molekul yang tidak terdisosiasi (Winarno dkk., 1980).
Mekanisme kerja asam benzoat atau garamnya berdasarkan pada permeabilitas membran sel mikroba terhadap molekul-molekul asam yang tidak terdisosiasi. Isi sel mikroba mempunyai pH yang selalu netral. Bila pH sitoplasma mikroba menjadi asam atau basa, maka akan terjadi gangguan pada organ-organ sel sehingga metabolisme terhambat dan akhirnya sel mati. Membran sel mikroba hanya permeabel terhadap molekul asam yang tidak terdisosiasi, maka untuk mendapatkan efektivitas yang tinggi sebaiknya asam-asam tersebut digunakan dalam lingkungan asam. Hal ini juga disebabkan pada pH netral dan basa, asam-asam organik terurai menjadi ion-ionnya (Winarno dan Sri Laksmi, 1974).
Batas atas benzoat yang diijinkan dalam makanan 0,1% di Amerika Serikat, sedangkan untuk negara-negara lain berkisar antara 0,15-0,25%. Untuk negara-negara Eropa batas benzoat berkisar antara 0,015-0,5% (Ibekwe dkk., 2007).
Sodium benzoat diproduksi dengan menetralisasi dari asam benzoat dengan sodium hidrosida. Dunia mulai memproduksi sodium benzoate tahun 1997 yang diperkirakan sekitar 55000-60000 ton. Produsen sodium benzoat terbesar adalah Netherlands, Estonia, Amerika Serikat, dan Cina. Walaupun tidak disosialisasikan asam benzoat agen yang efektif untuk antimikroba untuk tujuan pengawetan, sodium benzoat lebih disukai dalam penggunaannya karena 200 kali lebih mudah larut dibandingkan asam benzoat. Sekitar 0,1% umumnya cukup untuk pengawetan pada produk yang telah dipersiapkan untuk diawetkan dan disesuaikan ke pH 4,5 atau dibawahnya. Pasar utama dari sodium benzoat adalah dalam pengawetan soft drink, minuman sirup fruktosa jagung yang tinggi, sodium benzoat jarang digunakan sebagai pengawet dalam acar, saus, dan jus buah. Sodium benzoat juga digunakan dalam pembuatan obat dengan tujuan pemeliharaan (batas atas 1,0% dalam larutan obat) dan mengobati cara hidup dalam perlakuan dari pasien dengan peredaran urea enzymopathies (Wibbertmann et al., 2000).
Asam benzoat dan garamnya mempunyai aktivitas antimikroorganisme tergantung pada pH dan substrat, karena pH substrat sangat menentukan jumlah asam yang terdisosiasi. Pada pH 2,19 asam yang tidak terdisosiasi adalah  99%, pada pH 4,2 asam yang tidak terdisosiasi adalah 50%. Natrium benzoat sebagai antimikroorganisme berperan dalam mengganggu permeabilitas membran sel. Asam benzoat mempunyai pH optimal untuk menghambat mikroorganisme yaitu pH 2,5-4,0. Asam benzoat dan natrium benzoat digunakan untuk menghambat pertumbuhan khamir dan bakteri tetapi kurang efektif untuk kapang (Afrianti, 2010:57).

About

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

Semoga Bapak/Ibu dalam keadaan baik dan sehat.  اَهْلاًوَسَهْلاً di blog Ilmu Farmasi (IF) - Apoteker Peduli, Blog sharing ilmu pengetahuan tentang farmasi, jamu/herbal, Suplemen Kesehatan, Kosmetika, Tibbun nabawi, pangan dan seputar kesehatan.

Yuk gabung dengan lebih dari 10ribu sejawat :
1) Facebook Group
















2) Channel ''Apoteker Peduli''
Subscribe, like and share Channel Youtube kami, support anda adalah motivasi ekstra untuk kami







3) WhatsApp  :
Connect with Us @WhatsApp














Artikel di blog ini berasal dr berbagai sumber, seperti buku, journal, majalah, website resmi dan sebagainya. terimakasih untk semua sumber rujukan yang admin kutip ataupun sadur. Berbagi ilmu merupakan salah satu usaha dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, hal ini merupakan cerminan aplikasi dalam mewujudkan salah satu poin cita-cita luhur bangsa yang termaktub dalam pembukaan UUD'45.

Mohon maaf atas kekeliruan yang terdapat pada blog, saran dan kritik yang membangun sangat kami nantikan dari para pembaca, walaupun artikel dan tampilan blog masih memiliki banyak kekurangan namun kami berharap tidak mengurangi kemanfaatannya untuk kita semua, serta menjadi tabungan amal jariyah bagi kami, آمِّينَ

وَ السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ















Best Regards
Apoteker Fauzi
Bekasi, 25 Agustus 2019 

Cukup jual 5 pcs, dapat 100ribu, Open Marketing dan Reseller Moku Natural Mask.





Perbedaan Antitusif Ekspektoran dan Mukolitik Obat Batuk

Golongan Antitusif
Bekerja menekan batuk.Cara kerjanya adalah dengan mengurangi sensifitas pusat batuk di otak  terhadap stimulus yang datang. Biasanya digunakan pada penderita yang batuknya sangat mengganggu sehingga tidak bisa beristirahat. Tapi, obat golongan ini mesti dihindari oleh mereka yang menderita batuk produktif, asma, lanjut usia, penderita yang mengalami gangguan neurologik.

•    Golongan Ekspetoran
Bekerja dengan merangsang pengeluaran cairan dari saluran napas dan mempermudah keluarnya dahak kental, meski cukup banyak digunakan.

•    Golongan Mukolitik
Bekerja dengan mengurangi kekentalan dahak sehingga mudah dikeluarkan.

Sumber : Badan POM