Makanan fungsional, Pangan fungsional atau Nutraceutical food adalah makan yang memiliki
nilai gizi yang baik dalam menunjang kesehatan, meliputi produk yang segar atau
utuh sampai produk pangan olahan, fortifikasi zat gizi dalam makanan dan
suplemen makanan (Silalahi, 2006:17). Secara Umum makanan fungsional diartikan
sebagai makanan yang mampu memberikan efek menguntungkan bagi kesehatan
disamping efek nutrisi yang secara prinsip memang dimiliki oleh makanan.
Istilah pangan fungsional dipilih dari
sederet istilah yang pernah dipopulerkan sebelumnya seperti: pharmafoods, designer food, nutraceutical
food, health foods, therapeutic foods dan banyak lagi.
Secara umum dapat
dikatakan bahwa makanan fungsional adalah bahan pangan yang berpengaruh positif
terhadap kesehatan seseorang, penampilan jasmani dan rohani selain kandungan
gizi dan cita rasa yang dimilikinya. Jadi dalam hal ini keberadaan faktor plus bagi kesehatan yang diperoleh
karena adanya komponen aktif pada bahan pangan tersebut adalah merupakan
keharusan (Winarti, 2010:2-4).
Makanan fungsional mempunyai peranan
vital dalam menunjang kesehatan, adapun 3 fungsi utama dari makanan fungsional
adalah:
- Sebagai sumber gizi
- Sebagai pemberi cita rasa dan aroma
- Mempengaruhi fungsi fisiologis seperti meredam zat berbahaya, regulator fungsi badan dan kondisi fisik, mencegah penyakit, meningkatkan kesehatan serta mempercepat pemulihan.
Suatu makan dapat dikatakan makanan fungsional
apabila memenuhi beberapa kategori persyaratan :
1)
Harus
berupa makanan yang berasal dari bahan alami, bukan dalam bentuk kapsul, tablet
atau bubuk
2)
Harus
merupakan bahan yang dikonsumsi dari bagian diet sehari-hari
3) Memiliki
fungsi khusus bila dikonsumsi, misalnya mengatur atau memengaruhi proses dalam
tubuh, meningkatkan sistem kekebalan, mencegah dan memulihkan penyakit
tertentu, mengontrol fisik dan mental dan memperlambat proses penuaan
(Silalahi, 2006:19).
Mary K Schmid memaparkan bahwa perbedaan makanan fungsional dan obat ialah obat bersifat treatment (perlakuan penyembuhan ), sedang pangan fungsional lebih bersifat mengurangi resiko. Pada obat efeknya harus dirasakan segera, sedang pada makanan fungsional lebih pada keuntungan pada masa mendatang. Pemberian obat lebih ditujukan pada populasi tertentu (orang dengan penyakit tertentu), sedang makanan fungsional berpeluang dimanfaatkan oleh siapa saja dengan kemungkinan cakupan konsumen yang lebih luas. Dari segi keamanannya, pertimbangan penggunaan obat lebih didasarkan pada pertimbangan nilai manfaat lebih besar daripada resikonya, sedang pada makanan fungsional sisi keamanan harus menjadi pertimbangan utama (Winarti, 2010:3-4).