Indikasi
Amoksisilin
digunakan untuk mengatasi infeksi yang disebabkan oleh bakteri gram negatif
(Haemophilus Influenza, Escherichia coli, Proteus mirabilis, Salmonella).
Amoksisilin juga dapat digunakan untuk mengatasi infeksi yang disebabkan oleh
bakteri positif (seperti; Streptococcus pneumoniae, enterococci,
nonpenicilinase-producing staphylococci, Listeria) tetapi walaupun demikian,
aminophenisilin, amoksisilin secara umum tidak dapat digunakan secara
sendirian untuk pengobatan yang disebabkan oleh infeksi streprococcus dan
staphilococcal.
Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian
DOSIS ORAL ANAK:
Umum: Anak
< 3 bulan: 20-30 mg/kg/hari terpisah setiap 12 jam.Anak >3 bulan dan
<40kg; dosis antara 20-50 mg/kg/hari dosis terpisah setiap 8-12 jam.
Khusus: Infeksi hidung,tenggorokan,telinga,saluran kemih dan kulit: ringan
sampai sedang: 25 mg/kg/hari terbagi setiap 12 jam atau 20 mg/kg/hari setiap
8 jam.Gawat: 45 mg/kg/hari setiap 12 jam atau 40 mg/kg/hari setiap 8 jam.
Otitis media akut: 80-90 mg/kg/hari setiap 12 jam.Infeksi saluran nafas
bawah: 45 mg/kg/hari terbagi setiap 12 jam atau 40 mg/kg/hari setiap 8 jam.
DOSIS DEWASA:
Umum:
Rentang dosis antara 250 – 500 mg setiap 8 jam atau 500 – 875 mg dua kali sehari.Khusus:
Infeksi telinga, hidung, tenggorokan, saluran kemih, kulit: Ringan sampai
sedang: 500 mg setiap 12 jam atau 250 mg setiap 8 jam.Berat: 875 mg setiap 12
jam atau 500 mg setiap 8 jam.Infeksi saluran nafas bawah: 875 mg setiap 12
jam atau 500 mg setiap 8 jam.Endocarditis profilaxis: 2 g sebelum prosedur
operasi. Eradikasi Helicobacter pylori: 1000 mg dua kali sehari,
dikombinasikan dengan satu antibiotik lain dan dengan proton pump inhibitor
atau H2 bloker.
DOSIS
BERDASARKAN FUNGSI GINJAL: Dosis 875 mg tidak diberikan pada pasien dengan :
Clcr <30 mL/menit; Clcr 10-30 mL/menit; 250-500mg setiap 12 jam; Clcr
<10 mL/menit: 250 – 500 mg setiap 24 jam.
PEMBERIAN:
Antibiotik
amoksisilin termasuk antibiotik time deppendent sehingga untuk menjaga konsentrasi
obat dalam plasma tetap berada pada kadar puncak, maka obat diberikan sesuai
dengan jadwal waktu yang telah dibuat. Obat dapat diberikan bersamaan dengan
makanan.
LAMA PEMBERIAN
Tergantung
pada jenis dan tingkat kegawatan dari infeksinya, juga tergantung pada respon
klinis dan respon bakteri penginfeksi. Sebagai contoh untuk infeksi yang
persisten, obat ini digunakan selama beberapa minggu. Jika amoksisilin
digunakan untuk penanganan infeksi yang disebabkan oleh grup A ß-hemolitic
streptococci, terapi digunakan tidak kurang dari 10 hari guna menurunkan
potensi terjadinya demam reumatik dan glomerulonephritis. Jika amoksisilin
digunakan untuk pengobatan ISK (infeksi saluran kemih) maka kemungkinan bisa
lebih lama, bahkan beberapa bulan setelah menjalani terapi pun, tetap
direkomendasikan untuk diberikan.
Farmakologi
Absorbsi :
cepat dan hampir sempurna, tidak dipengaruhi oleh makanan.
Distribusi
: secara luas terdistribusi dalam seluruh cairan tubuh serta tulang;
penetrasi lemah kedalam sel mata dan menembus selaput otak; konsentrasi
tinggi dalam urin; mampu menembus placenta; konsentrasi rendah dalam air susu
ibu.
Ikan
protein : 17-20%
Metabolisme
: secara parsial melalui hepar.
Metabolisme
: secara parsial melalui hepar.
Bayi lahir
sempurna: 3,7 jam
Anak-anak
: 1-2 jam.
Dewasa:
fungsi ginjal normal 0.7-1,4 jam.
ClCr
<10 mL/menit: 7-12 jam.
Time Peak;
kapsul 2 jam; suspensi 1 jam.
Eksresi:
urin (80% bentuk utuh); pada neonates eksresi lebih rendah
Diálisis:
Moderat
diálisis melalui Hemo atau peritonial diálisis: 20-50%
Diálisis
melalaui Arteriovenous atau venovenous mampu memfilter 50mg/ liter
amoksisilin.
Stabilitas Penyimpanan
Stabilitas
obat: amoksilin 125 dan 250 mg kapsul, chewable tablet, dan serbuk suspensi
oral harus disimpan dalam suhu 20°C atau lebih rendah. Amosisilin 200 dan 400
mg chewable tablet dan salut tipis disimpan pada suhu 25°C atau lebih rendah
Kontraindikasi
Kontraindikasi
untuk pasien yang hipersensitif terhadap amoksisilin, penisilin, atau
komponen lain dalam obat.
Efek Samping
Susunan
Saraf Pusat : Hiperaktif, agitasi, ansietas, insomnia, konfusi, kejang,
perubahan perilaku, pening.
Kulit :
Acute exanthematous pustulosis, rash, erytema multiform, sindrom
stevens-johnson, dermatitis, tixic ephidermal necrolisis, hypersensitif
vasculitis, urticaria.
GI : Mual,
muntah, diare, hemorrhagic colitis, pseudomembranous colitis, hilangnya warna
gigi.
Hematologi
: Anemia, anemia hemolitik, trombisitopenia, trombositopenia purpura,
eosinophilia, leukopenia, agranulositosi.
Hepatic :
AST (SGOT) dan ALT (SGPT) meningkat, cholestatic joundice, hepatic
cholestatis, acute cytolitic hepatitis.
Renal :
Cristalluria
Interaksi
- Dengan Obat Lain :
Meningkatkan efek toksik:
1.
Disulfiram dan probenezid kemungkinan meningkatkan kadar amoksisilin.
2. Warfarin
kemungkinan dapat meningkatkan kadar amoksisilin
3. Secara
teori, jika diberikan dengan allopurinol dapat meningkatkan efek ruam kulit.
Menurunkan efek:
1.
Kloramfenikol dan tetrasiklin secara efektif dapat menurunkan kadar
amoksisilin
2.
Dicurigai amoksisilin juga dapat menurunkan efek obat kontrasepsi oral.
- Dengan Makanan : -
Pengaruh
- Terhadap Kehamilan : Faktor risiko : B, Data keamanan
penggunaan pada ibu hamil belum diketahui.
- Terhadap Ibu Menyusui : Karena amoksisilin terdistribusi
kedalam ASI (air susu ibu) maka dikhawatirkan amoksisilin dapat menyebabkan
respon hipersensitif untuk bayi, sehingga monitoring perlu dilakukan selama
menggunakan obat ini pada ibu menyusui.
- Terhadap Anak-anak : Data tentang keamanan masih belum
diketahui.
- Terhadap Hasil Laboratorium : Berpengaruh terhadap hasil
pengukuran : Hematologi dan hepar.
Parameter Monitoring
Pengamatan
rutin terhadap: Fungsi ginjal (ClCr), Fungsi Hepar (SGPT, SGOT), Henatologi.
(Hb), Indikator infeksi. (Suhu badan, kultur).
Bentuk Sediaan
Kapsul,
Serbuk Kering Suspensi Oral, Tablet Salut Film, Tablet Kunyah
Peringatan
Pernah
dilaporkan: Reaksi hipersensitifitas, meliputi reaksi anaphilaksis
dapat mengakibatkan efek yang fatal (kematian). Penggunaan jangka panjang,
kemungkinan dapat mengakibatkan terjadinya suprainfeksi termasuk
Pseudomembranous collitis. Pada pasien gagal ginjal, perla penyesuaian dosis.
Kasus diare merupakan kasus terbanyak jika amoksisilin digunakan sendiri.
Kasus Temuan Dalam Keadaan Khusus
-
Informasi Pasien
Untuk
menghindari timbulnya resistensi, maka sebaiknya amoksisilin digunakan dalam
dosis dan rentang waktu yang telah ditetapkan. Amati jika ada timbul gejala
ESO obat, seperti mual, diare atau respon hipersensitivitas. Jika masih belum
memahami tentang penggunaan obat, harap menghubungi apoteker. Jika keadaan
klinis belum ada perubahan setelah menggunakan obat, maka harap menghubungi
dokter.
Mekanisme Aksi
Menghambat
sintesis dinding sel bakteri dengan mengikat satu atau lebih pada ikatan
penisilin-protein (PBPs – Protein binding penisilin’s), sehingga menyebabkan
penghambatan pada tahapan akhir transpeptidase sintesis peptidoglikan dalam
dinding sel bakteri, akibatnya biosintesis dinding sel terhambat, dan sel
bakteri menjadi pecah (lisis).
Monitoring Penggunaan Obat
Lamanya
penggunaan obat : Menilai kondisi pasien sejak awal hingga akhir penggunaan
obat. Mengamati kemungkinan adanya efek anaphilaksis pada pemberian dosis
awal.
Daftar Pustaka
Drug
information hand book. (DIH). 2006.
AHFS DRUG.
2005
Farmakope
Indonesia IV. 1995.
ISO.
INDONESIA.Volume 41
2006
[Dinkes Tasikmalaya]
|
No comments:
Post a Comment