Ilmu Farmasi : tugas dan fungsi bagian divisi departemen produksi obat,
bahan obat, kosmetika di industri farmasi
bahan obat, kosmetika di industri farmasi
Bagian
produksi dipimpin oleh seorang Manajer Produksi yang membawahi 4 Asisten
Manajer yaitu Produksi I, Produksi II, Produksi III dan Pengemasan. Alur proses
produksi pada pada tiap bagian produksi ini dimulai dari Bagian PPPI memberikan
Surat Perintah Kerja (SPK) kepada masing-masing bagian produksi untuk produksi,
yang disertai dengan Bon Penyerahan Bahan Baku (BPBB),
Bon Penyerahan Bahan
Kemas (BPBK), Man Hour (MH), Machine Hour
(MCH), dan Berita Acara Produksi (BAP). Pengembangan produk akan memberikan
Catatan Pengolahan Bets (CPB) dan Catatan Pengemasan Bets (CPSB). BPBK akan
diteruskan ke gudang kemas, sedangkan BPBB serta CPB akan dikirimkan ke
penimbangan sentral. Kemudian bahan baku yang telah ditimbang akan dikirim ke
masing-masing bagian produksi untuk melakukan kegiatan produksi.
1.
Produksi
I
Asisten
manajer produksi I adalah seorang apoteker, yang bertanggung jawab terhadap
kegiatan produksi I, yaitu produksi tablet non betalaktam dan Anti Retro Viral
(ARV). Rifampicin memiliki ruangan khusus untuk produksi mulai dari proses
mixing sampai akhir pencetakan, sedangakn produksi ARV dilakukan di gedung
terpisah dari produksi 1. Asisten manajer dibantu oleh 4 supervisor, yaitu Spv.
Granulasi, Spv. Pencetakan 40 tablet, dan Spv. Penyalutan tablet dan Spv.
Produksi dan Pengemasan ARV. Adapun tahapan-tahapan produksi, sebagai berikut:
a)
Granulasi
Metode
yang digunakan dalam proses produksi tablet meliputi granulasi basah, granulasi
kering dan metode cetak langsung.
1)
Granulasi
basah
Pada
metode granulasi basah diawali dengan membuat larutan pengikat. Proses
pencampuran awal yaitu bahan aktif, bahan pengisi, sebagian penghancur dan
larutan pengikat dicampur menggunakan mixer Diosna. Bahan yang telah tercampur
kemudian dikeringkan dalam ruang Dehumidifier. Dilakukan pemeriksaan LOD (Loss On Drying), jika memenuhi
syarat dilakukan pengayakan dengan Communiting
Fitzmill/Oscilating Granulator agar distribusi
partikelnya lebih seragam. Tahap akhir adalah pencampuran akhir dengan fase
luar atau lubrikan, biasanya digunakan Magnesium Stearat atau Talk, menggunakan
alat V-mixer sehingga menjadi massa cetak. Selanjutnya, massa cetak tersebut
akan dikirim ke Karantine In Process (KIP) untuk dilakukan pemeriksaan oleh
bagian In Process Control (IPC).
2)
Granulasi
kering
Pada
granulasi kering, proses pencampuran awal dilakukan dengan mengayak semua
bahan, kemudian dilakukan pencampuran awal menggunakan mixer Diosna V-250.
Setelah itu, digranulasi dengan metoda slugging menggunakan mesin cetak atau compacting
menggunakan Roller Compactor kemudian dilakukan pengayakan dengan menggunakan Oscillating Granulator sampai diperoleh granul
yang siap untuk dicetak. Setelah granul terbentuk, kemudian dilakukan proses
pencampuran akhir dengan fase luar menggunakan V-mixer untuk memperoleh massa
cetak. Massa cetak yang dihasilkan dikirim ke KIP untuk dilakukan pemeriksaan
oleh IPC.
3)
Cetak
langsung
Proses
cetak langsung dilakukan dengan pengayakan semua bahan aktif dan bahan pembantu
ke dalam satu wadah, V-mixer sampai menjadi massa cetak. Selanjutnya massa
cetak dikirim ke KIP untuk dilakukan pemeriksaan oleh IPC.
b)
Pencetakan
tablet
Setelah
melalui pemeriksaan IPC dan dinyatakan memenuhi syarat, massa cetak tersebut
dikembalikan ke Bagian Produksi I untuk dicetak. Setelah selesai pencetakan
tablet, maka dibawa ke KIP untuk pemeriksaan laboratorium oleh QC.
c)
Penyalutan
Proses
penyalutan dilakukan terhadap beberapa sediaan tablet. Tablet salut yang
diproduksi PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Jakarta ada dua jenis, yaitu
tablet salut film dan tablet salut gula.
1)
Tablet
salut gula
Proses
pembuatan tablet salut gula terdiri dari 4 tahap, yaitu Protecting/Sealing, Sub
Coating, Coating/Coloring dan Polishing.
a.
Protecting.
Pada awal proses penyalutan, tablet inti akan mengalami penyalutan awal yang
disebut dengan protecting dengan tujuan untuk melakukan proteksi terhadap
tablet inti. Bahan yang biasa digunakan adalah larutan Shellac. Proses
selanjutnya adalah mengeringkan tablet inti yang telah terproteksi tersebut ke
dalam dehumidifier dengan suhu 40 C selama 17 jam.
b.
Sub
coating. Untuk menambah bobot tablet, biasanya menggunakan
Magnesii Oxydum Talc. Setelah proses sub coating tablet kembali dikeringkan di
dalam dehumidifier dengan suhu 40°C selama 17 jam.
c.
Coating/Coloring.
Tablet yang telah kering kemudian dilakukan coating/ coloring yaitu dengan
membasahi tablet menggunakan larutan gula, pengawet dan pewarna sampai
diperoleh bentuk tablet dengan permukaan yang halus dengan pewarnaan yang
merata. Setelah dilakukan proses coating, tablet dikeringkan di dalam
dehumidifier dengan suhu 40oC
selama 17 jam.
d.
Tahap akhir adalah proses polishing, biasanya menggunakan
polishing wax untuk memberikan warna yang mengkilap dari tablet salut dan
pengeringan dilakukan kembali dengan suhu 40oC selama 17 jam.
Setelah seluruh proses selesai, tahap seleksi dilakukan secara manual (visual
pada meja kaca) dan dengan mesin,
kemudian
dilakukan IPC.
2)
Tablet
salut film
Prosesnya
lebih sederhana dengan efisiensi waktu yang lebih baik. Proses penyalutan film
hanya terdiri dua tahap, yakni pada tablet inti dilakukan spraying dan
dilanjutkan dengan Polishing. Setelah penyalutan, dilakukan seleksi untuk
memeriksa kualitas penyalutan. Produk yang terseleksi dengan baik kemudian
dikirim ke karantina menunggu hasil pemeriksaan laboratorium.
2.
Produksi
II
Produksi
II berada di bawah tanggung jawab Asisten Manajer Produksi II untuk menangani
produk kapsul, krim, cairan dan sirup kering non betalaktam dan produk steril
(injeksi). Asisten manajer dibantu oleh empat supervisor, yaitu: Spv. Kapsul,
Spv, Krim, Spv. Cairan dan sirup kering non betalaktam, Spv. Sediaan steril
(injeksi).
a.
Pembuatan
sediaan kapsul
Proses
pembuatan kapsul di lakukan dengan metode granulasi. Granul yang terbentuk
dibawa ke KIP untuk dilakukan pemeriksaan oleh IPC. Setelah memenuhi syarat
dibawa kembali ke ruangan produksi kapsul untuk dilakukan filling kapsul
menggunakan mesin bosch dengan metode punches and dies. Kapsul yang terbentuk
dilakukan polishing, kemudian dibawa kembali ke KIP untuk pengujian oleh IPC.
b.
Pembuatan
sediaan krim
Produk
krim di buat dari fase air dan fase minyak yang terlebih dahulu di lakukan
peleburan. Kedua fase di mixing dengan mesin planetary pada suhu 35°- 40°C
sampai terbentuk basis krim. Zat aktif di campur ke sedikit basis di lumpang
sampai homogen. Kemudian zat aktif di mixing ke dalam basis, kemudian dibawa ke
KIP untuk di lakukan uji. Setelah memenuhi syarat uji, dibawa kembali ke ruang
produksi krim untuk dilakukan filling
ke tube.
c.
Pembuatan
sediaan cairan
Bahan
aktif dan bahan tambahan di lakukan mixing
dalam sebuah tangki sampai homogen. Bagian KIP akan melakukan sampling ke
produksi cairan untuk di lakukan pemeriksaan oleh IPC. Setelah memenuhi syarat,
di lakukan filling ke botol. Selama proses filling di lakukan pengecekan
keseragaman volume setiap 30 menit, kemudian dilakukan capping.
d.
Pembuatan
sediaan steril (injeksi)
Produk
steril dibuat pada kondisi yang terkendali dan dipantau dengan teliti. Oleh
karena itu, untuk membuat sediaan steril diperlukan suatu ruangan terpisah
dengan rancangan bangunan dan konstruksi khusus. Tekanan udara di dalam ruangan
lebih tinggi dari ruangan sekitarnya untuk menghindari terjadinya kontaminasi
silang.
e.
Pengolahan
air produksi
Pengolahan
air yang akan digunakan oleh bagian produksi berada di bawah tanggung jawab
Produksi II. Air yang dihasilkan dari proses pengolahan ini akan digunakan
untuk pembuatan sediaan cairan, pembuatan injeksi dan pencucian wadah seperti
botol, tutup botol dan ampul. Proses pengolahan air dapat dilihat pada lampiran 7.
3)
Produksi
III
Produksi
III khusus memproduksi antibiotik turunan penisilin (betalaktam) yaitu
Ampicilin dan Amokcilin. Gedung betalaktam menurut CPOB harus dipisahkan dengan
gedung yang lain karena sifat kontaminasi dari produk betalaktam terhadap
sediaan obat lain (berhubungan dengan reaksi alergi/anafilaksis). Produk betalaktam
ini diformulasi menjadi tiga bentuk sediaan yaitu tablet, kapsul dan sirup
kering. Plant Jakarta memproduksi kapsul dan sirup kering hanya sampai
pencampuran sedangkan pengisian dimakloonkan.
Proses
produksi betalaktam pada dasarnya sama dengan produksi sediaan non betalaktam, proses pembuatan tablet dilakukan dengan
granulasi kering.
4)
Narkotika
dan Psikotropika
PT.
Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Jakarta memiliki hak khusus untuk mengimpor,
memproduksi dan mendistribusikan obat-obatan golongan narkotika di Indonesia sesuai Keputusan Menteri Kesehatan RI No 199/Menkes/SK/III/1996.
5)
Pengemasan
Bagian
pengemasan yang dipimpin oleh Asisten Manajer dibantu oleh 5 Supervisor (Spv.)
yaitu Supervisor KIP (Karantina In Process); Spv. pengemasan primer; Spv.
pengemasan sekunder sediaan tablet dan kapsul; Spv. pengemasan sekunder sediaan
liquid, krim, injeksi, sirup kering narkotik/psikotropik; dan Spv. Penandaan.
Proses
pengemasan dimulai setelah produk ruahan diluluskan oleh QC. Semua produk
dikemas sesuai dengan bahan kemasan yang telah ditentukan. Produk yang telah
melalui pengemasan primer kemudian dimasukkan ke jalur pengemasan sekunder sesuai dengan bentuk sediaannya.
a.
KIP
(Karantina In Process)
Supervisor
KIP bertugas menerima, menyimpan dan mengeluarkan produk massa (kecuali sirup dan injeksi), produk antara (krim,
cairan, granul dan lain-lain) dan produk ruahan sampai produk jadi (untuk semua
produk, termasuk sediaan injeksi dan sirup)
untuk dilakukan pemeriksaan laboratorium oleh IPC.
Ada
5 jenis bon penyerahan :
1)
Bon I : Penyerahan produk antara dari
bagian produksi ke KIP.
2)
Bon II : Penyerahan produk antara yang
telah diperiksa dari KIP kebagian produksi untuk melanjutkan proses.
3)
Bon III : Penyerahan produk ruahan dari
bagian produksi ke KIP
4)
Bon IV : Penyerahan produk ruahan dari
KIP ke bagian pengemasan.
5)
Bon V : Penyerahan produk jadi dari
bagian pengemasan ke gudang produk jadi.
b.
Pengemasan
primer
Pengemasan
primer dikhususkan untuk sediaan padat, yaitu tablet dan kapsul. Pengemasannya
dimulai dari proses stripping, blistering atau counting (dimasukkan dalam
botol).
1)
Strip
Bahan
yang digunakan untuk stripping adalah polycellonium. Alat stripping yang
digunakan contohnya adalah Forecma.
2)
Blister
Bahan
blister yang digunakan adalah Aluminium foil. Alat blisterring yang digunakan
ada Duankwei.
3)
Counting
ke dalam botol
Biasanya
digunakan untuk obat yang murah atau tablet salut gula. Alat yang digunakan
adalah chi new.
c.
Pengemasan
sekunder sediaaan tablet dan kapsul
Bertanggung
jawab terhadap pengemasan sekunder dari produk yang telah dikemas pada
pengemasan primer tablet dan kapsul. Hasil strip dan blister yang lulus tes
kebocoran dilanjutkan ke pengemasan sekunder yaitu dengan memasukkannya ke
dalam dus dan box.
d.
Pengemasan
sekunder sediaan liquid, krim, injeksi, sirup kering narkotik/psikotropik
Pada pengemasan sekunder ada 12 jalur
pengemasan dimana jalur 1-8 untuk jalur pengemasan sekunder untuk produk tablet dan kapsul, jalur 9-10 adalah jalur pengemasan sekunder untuk sediaan cair dan semisolid, jalur 11-12 terletak pada ruangan tertutup yang merupakan
jalur pengemasan sekunder narkotika dan psikotropika.
e.
Penandaan
Supervisor
penandaan mendapat Rencana Harian dari bagian pengemasan sehari sebelumnya dan
memiliki tugas memberikan penandaan pada leaflet, etiket dan box yang berupa expired date, manufacturing date, No.
Batch dan Harga Eceran Tertinggi (HET).
NB : Ini hanya gambaran satu dari sekian banyak industri farmasi, antara satu industri farmasi dan yg lainnya mungkin saja ada beberapa perbedaan namun pada hakikatnya secara prinsipil tidak akan jauh berbeda.
No comments:
Post a Comment