Indikasi
Gagal jantung, aritmia
supraventrikular (terutama atrial fibrilasi)
Dosis, Cara Pemberian dan Lama
Pemberian
Oral, untuk digitalisasi cepat, 1
– 1,5 mg dalam dosis terbagi, bila tidak diperlukan cepat, 250 – 500
mikrogram sehari (dosis yang lebih tinggi harus dibagi).
Dosis pemeliharaan : 62,5 – 500
microgram sehari (dosis yang lebih tinggi harus dibagi). disesuaikan dengan
fungsi ginjal dan pada atrial fibrilasi , tergantung pada respon denyut
jantung; dosis pemeliharaan biasanya berkisar 125 – 250 mcg sehari
(dosis yang lebih rendah diberikan pada penderita lanjut usia). Pada kondisi
emergensi, loading dose (dosis muatan) diberikan secara infus intravena ,
0,75 – 1 mg hingga paling sedikit 2 jam, kemudian dilanjutkan dosis pemeliharaan
melalui oral .
Farmakologi
Farmakodinamik/Farmakokinetik
Onset of action (waktu onset) :
oral : 1-2 jam; IV : 5-30 menit
Peak effect (waktu efek puncak) :
oral : 2-8 jam; IV : 1-4 jam
Durasi : dewasa : 3-4 hari pada
kedua sediaan
Absorpsi : melalui difusi pasif
pada usus halus bagian atas, makanan dapat menyebabkan absorpsi mengalami
penundaan (delay), tetapi tidak mempengaruhi jumlah yang diabsorpsi
Distribusi :
Fungsi ginjal normal : 6-7 L/kg
Gagal ginjal kronik : 4-6 L/kg
Anak-anak : 16 L/kg
Dewasa : 7 L/kg menurun bila
terdapat gangguan ginjal
Ikatan obat dengan protein
(protein binding) : 30%
Metabolisme : melalui sequential
sugar hydrolysis dalam lambung atau melalui reduksi cincin lakton oleh
bakteri di intestinal , metabolisme diturunkan dengan adanya gagal jantung
kongestif
Bioavailabilitas:
T½ eliminasi (half-life
elimination) berdasarkan umur, fungsi ginjal dan jantung:
T½ eliminasi (half-life
elimination): parent drug (obat asal ): 38 jam; metabolit: digoxigenin: 4 jam
; monodigitoxoside : 3 – 12 jam
Waktu untuk mencapai kadar puncak,
serum: oral ~ 1 jam
Ekskresi : urin (50% hingga 70%
dalam bentuk obat yang tidak berubah )
Konsentrasi serum digoksin :
Gagal jantung kongestif : 0,5 -0,8
ng/ml .Aritmia : 0,8-2 ng/ml
Dewasa : < 0,5 ng/ml,
kemungkinan menunjukkan underdigitalization, kecuali jika terdapat hal-hal
khusus
Toksik > 2,5 ng/ml
Stabilitas Penyimpanan
Lindungi sediaan elixir dan
injeksi dari cahaya; pelarut yang compatibel : D5W, D10W, NS, aqua pro
injeksi ( untuk melarutkan empat kali lipat atau lebih)
Kontraindikasi
Intermittent complete heart block
; Blok AV derajat II ; supraventricular arrhytmias yang disebabkan oleh
Wolff-Parkinson-White Syndrome ; takikardia ventricular atau fibrilasi ;
hypertropic obstructive cardiomyopathy
Efek Samping
Biasanya berhubungan dengan dosis
yang berlebih, termasuk : anoreksia, mual , muntah, diare, nyeri abdomen,
gangguan penglihatan, sakit kepala, rasa capek, mengantuk , bingung,
delirium, halusinasi, depresi ; aritmia, heart block ; jarang terjadi rash, isckemia
intestinal ; gynecomastia pada penggunaan jangka panjang , trombositopenia.
Interaksi
- Dengan Obat Lain :
Efek Cytochrome P450:
substrat CYP3A4 (minor):Meningkatkan efek/toksisitas : senyawa
beta-blocking (propanolol), verapamil dan diltiazem mempunyai efek
aditif pada denyut jantung. Karvedilol mempunyai efek tambahan pada denyut
jantung dan menghambat metabolisme digoksin. Kadar digoksin ditingkatkan oleh
amiodaron (dosis digoksin diturunkan 50 %), bepridil, siklosporin, diltiazem,
indometasin, itrakonazol, beberapa makrolida (eritromisin, klaritromisin),
metimazol, nitrendipin, propafenon, propiltiourasil, kuinidin dosis
digoksin diturunkan 33 % hingga 50 % pada pengobatan awal), tetrasiklin
dan verapamil. Moricizine dapat meningkatkan toksisitas digoksin .
Spironolakton dapat mempengaruhi pemeriksaan digoksin, namun juga dapat
meningkatkan kadar digoksin secara langsung. Pemberian suksinilkolin pada
pasien bersamaan dengan digoksindihubungkan dengan peningkatan risiko
aritmia. Jarang terjadi kasus toksisitas akut digoksin yang berhubungan
dengan pemberian kalsium secara parenteral (bolus). Obat-obat berikut
dihubungkan dengan peningkatan kadar darah digoksin yang menunjukkan
signifikansi klinik : famciclovir, flecainid, ibuprofen, fluoxetin,
nefazodone, simetidein, famotidin, ranitidin, omeprazoe, trimethoprim.
Menurunkan efek: Amilorid
dan spironolakton dapat menurunkan respon inotropik digoksin. Kolestiramin,
kolestipol, kaolin-pektin, dan metoklopramid dapat menurunkan absorpsi
digoksin. Levothyroxine (dan suplemen tiroid yang lain) dapat menurunkan
kadar digoksin dalam darah. Penicillamine dihubungkan dengan penurunan kadar
digoxin dalam darah.
Interaksi dengan obat-obat berikut
dilaporkan menunjukkan signifikansi klinik aminoglutetimid, asam
aminosalisilat, antasida yang mengandung alumunium, sukralfat, sulfasalazin,
neomycin, ticlopidin.
- Dengan Makanan :
Kadar serum puncak digoksin dapt
diturunkan jika digunakan bersama dengan makanan. Makanan yang mengandung
serat (fiber) atau makanan yang kaya akan pektin menurunkan absorpsi oral
digoksin.
Hindari ephedra (risiko stimulasi
kardiak)
Hindari natural licorice
(menyebabkan retensi air dan natrium dan meningkatkan hilangnya
kalium dalam tubuh)
Pengaruh
- Terhadap Kehamilan : Faktor risiko : C . Tidak
diketahui apakah digoksin dapat membahayakan fetus jika diberikan pada wanita
hamil atau mempengaruhi kapasitas reproduktif. Pemberian digoksin pada wanita
hamil hanya jika memang benar diperlukan dan hanya jika keuntungan pada ibu
lebih besar daripada resiko yang ditimbulkan pada fetus.Literatur dari BNF 50
menyebutkan diperlukan penyesuaian dosis.
- Terhadap Ibu Menyusui : Hanya sedikit terdapat dalam
air susu. Masuk dalam air susu ibu (dalam jumlah sedikit)/compatible.
- Terhadap Anak-anak : Bayi yg baru lahir
menunjukkan adanya toleransi yg bervariasi terhadap digoksin. Bayi prematur
dan immatur biasanya sensitif terhadap efek digoksin, dan dosis obat tidak
hanya diturunkan tapi harus dosis individualisasi sesuai dgn tingkat
maturitasnya.
- Terhadap Hasil Laboratorium : -
Parameter Monitoring
Konsentrasi serum digoksin, denyut
jantung, EKG, fungsi ginjal
Bentuk Sediaan
-
Peringatan
Infark jantung baru ; sick sinus
syndrome; penyakit tiroid ; dosis dikurangi pada penderita lanjut usia ; hindari
hipokalemia ; hindari pemberian intravena secara cepat (mual dan risiko
arimia); kerusakan ginjal ; kehamilan
Kasus Temuan Dalam Keadaan Khusus
-
Informasi Pasien
Jumlah dan frekuensi
penggunaan obat tergantung dari beberapa faktor, seperti kondisi pasien, umur
dan berat badan. Bila anda mempunyai pertanyaan yang berkaitan dengan jumlah
dan/ frekuensi pemakaian obat tanyakan pada apoteker atau dokter. Obat ini
harus digunakan secara teratur, biasanya pada waktu yang sama tiap hari dan
biasanya pada pagi hari. Dapat digunakan tanpa makanan. Diperlukan jumlah
kalium yang cukup pada dietnya untuk menurunkan risiko hipokalemia
(hipokalemia dapat meningkatkan risiko toksisitas digoksin).Tes laboratorium
diperlukan untuk memonitor terapi. Pastikan hal ini dilakukan. Jangan
menggunakan OTC seperti antasida, obat batuk, obat influenza, alergi kecuali
atas petunjuk dokter atau apoteker.Jangan menghentikan pemakaian obat ini
tanpa berkonsultasi dengan dokter.Jangan menggunakan obat melebihi jumlah
yang telah diresepkan, kecuali atas anjuran dokter. Kondisi medis awal
pasien harus diceritakan pada petugas kesehatan sebelum menggunakan
obat ini. Jangan menggunakan OTC atau obat resep yang lain tanpa memberitahu
dokter yang merawat Jika pasien lupa minum obat, segera mungkin minum
obat setelah ingat. Jika terlewat beberapa jam dan telah mendekati
waktu minum obat berikutnya jangan minum obat dengan dosis ganda, kecuali
atas saran dari tenaga kesehatan. Jika lebih dari satu kali dosis terlewat,
hubungi dokter atau apoteker .Obat ini hanya digunakan oleh pasien yang
mendapat resep. Jangan diberikan pada orang lain.
Mekanisme Aksi
Gagal jantung kongestif:
menghambat pompa Na/K ATP0-ase yang bekerja dengan meningkatkan
pertukaran natrium-kalsium intraselular sehingga meningkatkan kadar kalsium
intraseluler dan meningkatkan kontraktilitas. Aritmia supraentrikular :
Secara langsung menekan konduksi AV node sehingga meningkatkan periode
refractory efektif dan menurunkan konduksi kecepatn - efek inotropik positif,
meningkatkan vagal tone, dan menurunkan dan menurunkan kecepatan ventrikular
dan aritmia atrial. Atrial fibrilasi dapat menurunkan sensitifitas dan
meningkatkan toleransi pada serum konsentrasi digoksin yang lebih tinggi.
Monitoring Penggunaan Obat
Kapan mengukur konsentrasi serum
digoksin : konsentrasi serum digoksin harus dimonitor karena digoksin
mempunyai rentang terapi yang sempit ; endpoint therapy sukar
ditentukan dan toksisitas digoksin dapat mengancam jiwa. Kadar serum
digoksin harus diukur sedikitnya 4 jam setelah pemberian dosis intravena dan
sedikitnya 6 jam setelah pemberian dosis oral (optimal 12 – 24 jam setelah
pemberian). Terapi awal (inisiasi): Jika loading dose diberikan:
konsentrasi serum digoksin diukur dalam 12 – 24 jam sesudah pemberian loading
dose awal. Kadar yang terukur menunjukkan hubungan kadar plasma
digoksin dan respon. Jika loading dose tidak diberikan : konsentrasi serum
digoksin ditentukan setelah 3 – 5 hari terapi. Terapi pemeliharaan
(maintenance ):Konsentrasi harus diukur minimal 4 jam setelah dosis IV dan
paling sedikit 6 jam setelah dosis oral.Konsentrasi serum digoxin harus
diukur dalam 5-7 hari(rata-rata waktu steady state) setelah mengalami
perubahan dosis. Pemeriksaan dilanjutkan 7 – 14 hari setelah perubahan
ke dalam dosis pemeliharaan (maintenance)
Catatan : pada pasien dengan
end-stage renal disease (gagal ginjal terminal) diperlukan waktu 15 – 20 hari
untuk mencapai steady state. Sebagai tambahan pasien yang menerima
obat-obat yang dapat menurunkan kalium seperti diuretik, harus dimonitor
kadar kalium, magnesium dan kalsium. Konsentrasi serum digoksin harus diukur
jika terdapat kondisi berikut : Apabila meragukan kepatuhan pasien atau
mengevaluasi timbulnya respon klinik yang jelek pada pengobatan
awal.
Perubahan fungsi
Dugaan toksisitas digoksin :
Pada permulaan pengobatan atau keputusan menghentikan terapi
dengan obat (amiodaron, kuinidin, verapamil) yang mana berinteraksi dengan
digoksin; jika terapi bersama quinidin dimulai, kadar digoxin harus diukur
dalam 24 jam pertama sesudah mulai terapi dengan quinidin, kemudian sesudah 7
– 14 hari.Adanya perubahan penyakit (hypothyroidism).Denyut dan
ritme dimonitor melalui pemeriksaan secara periodik EKG untuk menilai baik
efek terapi maupun tanda-tanda toksisitas Monitoring dengan ketat ( terutama
pasien yang menerima diuretik atau amphotericin) terhadap penurunan kadar
kalium dan magnesium dan peningkatan kalsium , hal-hal tersebut merupakan
pemicu toksisitas digoksin. Ukur fungsi ginjal. Perhatikan interaksi obat.
Obervasi pasien terhadap tanda-tanda toksisitas nonkardiak, kebingungan dan
depresi
Daftar Pustaka
BNF 50
AHFS Drug Information 2005
MIMS Indonesia 2006/2007
Fact & Comparisons 2003
Drug Information Handbook
[Dinkes Tasikmalaya]
|
No comments:
Post a Comment