Ilmu Farmasi : Tugas dan fungsi Pengawasan Mutu (QC) atau Quality Control (QC)
di industri farmasi
Bagian
Pengawasan mutu dipimpin oleh seorang Asisten Manajer yang membawahi enam
supervisor, yaitu: Spv. Pemeriksaan Bahan Baku, Spv. Pemeriksaan Bahan
Pengemas, Pemeriksaan Produk Antara dan Ruahan, Pemeriksaan Mikrobiologi dan
Limbah, Pemeriksaan Produk Jadi, Pengawasan Proses Produksi.
1.
Pemeriksaan
bahan baku
Supervisor
pemeriksaan bahan baku mengawasi kegiatan sampling, pengambilan sampel diambil
dari atas, tengah, bawah wadah bahan baku, kemudian
dilakukan pemeriksaan. Selanjutnya bagian pengawasan mutu
memberikan Hasil Pemeriksaan Laboratorium (HPL). Jika HPL menyatakan bahwa
bahan baku diluluskan maka diberi label hijau dan jika ditolak diberi label
merah.
2.
Pemeriksaan
bahan pengemas
Pemeriksaan
bahan pengemas yang akan masuk gudang juga dilakukan berdasarkan surat
permohonan pemeriksaan dari bagian penyimpanan bahan kemas.
3.
Pemeriksaan
produk antara dan produk ruahan
Setiap
unit proses produksi dilakukan pemeriksaan laboratorium oleh QC berdasarkan surat permohonan periksa
laboratorium akan sampling produk antara atau ruahan dari KIP. Pemeriksaan yang
dilakukan pada produk antara dan produk ruahan, meliputi:
a)
Masa cetak granul, diperiksa Loss On
Drying (LOD), sifat alir, bobot jenis.
b)
Tablet inti dan tablet salut, diperiksa
visual, keseragaman bentuk dan ukuran, waktu hancur, kekerasan, keragaman
bobot, kesragaman kandungan, waktu hancur kerenggasan, uji disolusi dan
penetapan kadar.
c)
Cairan, diperiksa visual, pH,
viskositas, keseragaman volume, volume cairan terpindahkan, bobot jenis,
penetapan kadar.
d) Kapsul,
diperiksa Loss on Drying (LOD), keragaman bobot dan keseragaman kandungan
e)
Krim, diperiksa pH, homogenitas dan
stabilitas krim
f)
Sirup kering, diperiksa Loss On Drying
g)
Injeksi, diperiksa uji sterilisasi, pH,
jumlah partikel, kejernihan dan keseragaman volume.
4.
Pemeriksaan
mikrobiologi dan limbah
Pengawasan
mutu (QC) juga memeriksa mikrobiologi pada bahan baku antibiotik dengan uji
potensi antibiotik, dan untuk bahan non antibiotik, meliputi uji kontaminasi
penicillin pada air produksi setiap satu minggu sekali, pada udara ruang
produksi setiap satu bulan sekali dan uji sterilitas. Pengawasan mutu juga
memeriksa limbah dengan uji pH, suhu, Total Solid Suspended (TSS), kandungan
ammonia (NH3), PO4, Biological Oxygen Demand (BOD) dan Chemical Oxygen Demand
(COD).
5.
Pemeriksaan
Produk Jadi
Setelah
menjadi produk jadi, produk tetap dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk memastikan
kembali mutu produk. Pemeriksaan
meliputi visual, keseragaman kandungan, keseragaman volume dan penetapan kadar.
6.
Pengawasan
proses produksi
Sebelum melakukan proses produksi, QC harus
memeriksa terlebih dahulu hasil produksi awal untuk memastikan alat
menghasilkan produk yang sesuai spesifikasi. Contohnya, QC memeriksa ketebalan,
diameter, dan kekerasan tablet saat awal dicetak. Setelah lulus pemeriksaan, QC
memutuskan proses produksi boleh berjalan. Jika belum memenuhi syarat, QC akan
menolak proses produksi sampai setting alat menghasilkan produk yang sesuai
spesifikasi.NB : Ini hanya gambaran satu dari sekian banyak industri farmasi, antara satu industri farmasi dan yg lainnya mungkin saja ada beberapa perbedaan namun pada hakikatnya secara prinsipil tidak akan jauh berbeda.
No comments:
Post a Comment