Ilmu Farmasi : Laporan Praktikum Emulsi
I.
Tujuan
a. Dapat menentukan tipe emulsi
b. Mengetahui teknik pembuatan emulsi
II.
Data Preformulasi
A.
Zat aktif
Parafin
cair
a. Warna :
tidak berwarna dan transparan
b. Rasa :
tidak berasa
c. Bau :
tidak berbau
d. Pemerian :
cairan kental
e. Kelarutan :
praktis tidak larut dalam air dan dalam
etanol (95 %), larut dalam kloform dan eter. P
f.
Bobot jenis :
0.870 – 0.890 gram/cm3
g. Stabilitas :
mudah terurai dengan adanya cahaya dan
udara
h. Inkompatibilitas :
ketidak campuran dengan zat pengoksida lain yang kuat.
B.
Zat tambahan
Veegum
a. Warna :
putih sampai putih kekuningan
b. Rasa :
hampir tidak berasa
c. Bau :
tidak berbau
d. Pemerian :
serbuk hablur
e. Kelarutan :
praktis tidak larut dalam alkohol, dalam air dan pelarut organik.
f.
Bobot jenis :
gram/cm3
g. pH larutan :
1 - 4
h. Stabilitas :
stabil pada kondisi kering
Stabil pada pH luas
Menyerap bahan organik
i.
Inkompatibilitas : veegum dapat menyerap beberapa
obat yang memiliki ikatan rapat.
Cetyl alkohol
a. Warna :
basa putih
b. Rasa :
rasa lemah
c. Bau :
bau khas
d. Pemerian :
granul
e. Kelarutan :praktis
tidak larut dalam etanol 95% dan eter, larut dengan adanya peningkatan
temperatur, praktis tidak larut dalam air.
f.
Titik lebur : 45.52 0C
g. Stabilitas :
- stabil dengan adanya asam, alkali dan air
-
Tidak tengik
h. Inkompatibilitas :
ketidak campuran dengan pengoksida kuat
Pulvis Gummi
Acaciae / PGA
a. Warna :
putih atau hampir kekuningan
b. Rasa :
tidak berasa
c. Bau :
tidak berbau
d. Pemerian :
serbuk
e. Kelarutan :
larut hampir sempurna dalam air, tapi sangat lambat. Praktis tidak larut dalam
etanol dan eter.
f.
Stabilitas : mudah terurai oleh
udara dan bakteri sehingga menimbulkan reaksi enzimatik.
g. Inkompatibilitas :
amydopirin, apomorfin, anesol, etanol 95 %, garam feri, fenol banyak mengandung
garam dan menurunya viskositas.
Carboxy Metyl
Cellulosum Natrium / CMC Na
a. Warna :
putih sampai krem
b. Rasa :
tidak berasa
c. Bau :
tidak berbau
d. Pemerian :
serbuk atau granul
e. Kelarutan :
mudah terdispersi dalam air, praktis tidak larut dalam aseton, etanol, eter.
f.
Titik lebur : 2270 C,
keadaan terbakar 2520 C
g. pKa/pKb :
4.30
h. Bobot jenis : 0.78 gram/cm3
i.
pH larutan : 7 - 9
j.
Stabilitas : bersifat stabil
meskipun bahan yang higroskopis
k. Inkompatibilitas :
Na- CMC tidak bercampur dengan asam kuat, logam, presipitas terjadi pada pH
< 2 dan ketika bercampur dengan etanol 95 % Na-CMC dapat membentuk kompleks
dengan gelatin dan pektin.
Sorbitan
Monoleat 80 ( span 80 )
a. Warna :
cairan kental kuning
b. Rasa :
pahit
c. Bau :memiliki
bau yang khas
d. Pemerian :
cairan kental
e. Kelarutan :
pada umumnya larut atau terdispersi daam minyak, larut dalam pelarut organik
dan praktis tidak larut dalam pelaeut organik.
f.
Stabilitas : perlahan akan membentuk
busa dengan adanya asam kuat dan basa stabil terhadap asam lemah dan basa
lemah.
g. HLB :
4.3
Polioksietilen
Sorbitan Monoleat 80 ( tween 80 )
a. Warna :
cairan minyak kuning
b. Rasa :
pahit
c. Bau :
bau yang khas dan hangat
d. Pemerian :
cairan kental
e. Kelarutan :
larut dalam air dan etanol, praktis tidak larut dalam minyak mineral dan minyak
sayur.
f.
Stabilitas : stabil terhadap
elektrolit dan asam lemah, dengan perlahan akan terbentuk saporifikasi dengan
asam kuat dan basa kuat.
g. Inkompatibilitas :
dapat terjadi pengandapan dan pelunturan warna dengan beberapa zat.
III.
Alat dan Bahan
Alat
|
Bahan
|
- Tabung sedimentasi
- kaca arloji
-
Gelas kimia
-
Cawan penguap
-
Batang pengaduk
-
Stirer
-
Mortir
|
-
parafin cair
-
Emulgator alam ( PGA, Tragakan)
-
tween 80
-
span 80
-
acetyl alkohol
-
CMC Na
|
IV.
Perhitungan dan Penimbangan
A. Perhitungan
1. parafin cair 30 % sebanyak 100 ml
30/100 x 100 ml = 30
gram
2. PGA 10 %
10/100x 100 ml = 10
gram dan air = 1.5x 10 = 15 ml
3. CMC Na 0.5 %
0.5/100x 100 ml = 0.5
gram dan air = 20x 0.5 = 10 ml
4. Veegum 1 %
1/100x 100 ml = 1 gram
dan air = 24x 1 = 24 ml
5. Tragakan 2 %
2/100x 100 ml = 2 gram
dan air = 7x 2 = 14 ml
6. Tween dan span 80( 6 %) dalam 100 ml
6/100 x 100 = 6 gram
(x. 15) + (6-x).4.3 = 6
. 12
15x + 25.8 – 4.3 = 72
10.7x = 46.2
x = 4.31 gram
jadi : tween 80 = 4.31
gram
span 80 =
6 – 4.31 = 1.68 gram
7. Tween dan span 80 (3 %) dalam 100 ml
3/100 x 100 = 3 gram
(x. 15) + (3.x).4.3 = 3
. 12
15x + 12.9 – 4.3 = 36
10.7x = 23.1
x = 2.16 gram
jadi : tween 80 = 2.16
gram
span 80 = 3
– 2.16 = 0.84 gram
B.
Penimbangan
o Parafin cair 30 % =
30 gram
o PGA 10 % = 10 gram
o CMC Na 0.5 % =
0.5 gram
o Veegum 1 % =
1 gram
o Tween 80 3% =
2.16 gram
o Span 80 3% =
0.84 gram
o Tween 80 6 % =
4.31 gram
o Span 80 6% =
1.68 gram
V.
Prosedur
1.
Pembuatan emulsi
(metode korpus basah)
o Di kembangkan emulgator alam dengan air
o Di campurkan dengan parafin cair, lalu di aduk kuat
sampai terbentuk korpus emulsi (campuran minyak, air dan emulgator)
o Di tambahkan bahan tambahan (zat pengawet,
penstabil, perasa dan lain-lain) yang dilarutkan dahulu dalam sedikit fase luar lalu di campur dengan emulsi utama.
o Di masukan dalam tabung sedimentasi dan genapkan
sampai volume 100 ml.
2.
Pembuatan emulsi
(metode korpus kering)
o Didihkan air yang akan di gunakan
o Di campurkan emulgator, air dan parafin cair tanpa
mengmbangkan emulgator terlebih dahulu
o Di tambahkan bahan tambahan (zat pengawet,
penstabil, perasa dan lain-lain) kemudian di campur dengan emulsi utama dan
sisa air sambil di aduk cepat sampai mencapai volume yang diinginkan pada
tabung sedimentasi.
3.
Pembuatan emulsi
tanpa korpus
o Di campurkan parafin cair dan PGA sekaligus tanpa di kembangkan terlebih dahulu
o Di tambahkan air 50 ml lalu di kocok dengan stirer
selama 2 menit
o Di masukan ke dalam tabung sedimentasi.
4.
Pembuatan emulsi
dengan surfaktan
o Di campurkan parafin cair dan span 80 lalu di
panaskan pada suhu 60-700C
o Di campurkan dengan tween 80 di tambah air dalam
cawan
o Di campurkan ke dua campuran, di kocok dengan stirer
o Di masukan dalam tabung sedimentasi dan digenapkan
sampai 100 ml
VI.
Data Pengamatan
formula
|
Organ oleptik
|
Voleme sedimentasi (ml)
|
||||||||
rasa
|
bau
|
warna
|
10
|
20
|
30
|
60
|
120
|
1hari
|
3hari
|
|
Emulsi (basah)
|
Tidak berasa
|
Tidak berbau
|
putih susu
|
-
|
-
|
0.07
|
0.13
|
-
|
1.19
|
0.4
|
Emulsi (kering)
|
Tidak berasa
|
Tidak berbau
|
Putih susu
|
-
|
-
|
0.29
|
0.29
|
-
|
1.07
|
0.44
|
Emulsi (surfaktan)
|
Tidak berasa
|
tengik
|
Putih susu
|
0.4
|
0.49
|
0.52
|
0.56
|
-
|
1.7
|
0.37
|
VII.
Pembahasan
Emulsi adalah sistem
dua fase, yang salah satu cairanya terdispersi dalam cairan yang lain, dalam bentuk
tetesan kecil. Jika minyak yang merupakan fase terdispersi dan larutan air
merupakan fase pembawa (pendispersi), sisitem ini di sebut emulsi minyak dalam
air dan sebaliknya, jika air yang merupakan fase terdispersi dan minyak sebagai
pembawa, sistem ini di sebut air dalam minyak.
Seperti
yang di ketahui bahwa emulsi merupakan sistem dua cairan yang tidak bercampur
serta tidak stabil karena berbentuk globul-globul pada fase pendispersi atau
pembawa, dengan demikian agar emulsi tetap stabil maka harus di tambahkan
emulgator. Emulgator dapat bekerja dengan dua tahapan yaitu :
1. Tahap Disrupsi : emulgator bekerja dengan pemecahan
minyak menjadi globul-globul yang kecil sebagai bahan terdispersi, sehingga
lebih mudah terdispersi dalam fase pendispersi atau pembawa.
2. Tahap Stabilisasi : bekerja dengan menstabilkan
globul-globul yang terbentuk dengan cairan pembawa sehingga emulsi yang
terbentuk tidak terpisah menjadi fase tunggal.
Salah satu emulgator yang sering di gunakan dalam
dunia farmasi yaitu golongan surfaktan. Surfaktan memiliki mekanisme kerja
dengan menurunkan tegangan permukaan atau antarmuka antara minyak dengan air
seh ingga air dan minyak lebih mudah bercampurserta membentuk film
monomolekuler pada permukaan fase terdispersi.
Beberapa contoh ketidak stabilan emulsi
antara lain :
a. Koalesen : campuran globul dalam jumlah yang banyak
sehingga menjadi besar.
b. Flukulasi : globul- globul kecil yang memiliki
ikatan yang tidak kuat sehingga tidak bercampur dengan sempurna.
c. Kreaming : pecahnya globul-globul kecil sehingga
tidak bercampur dan terjadi dua fase.
d. Breaking : dimana minyak dan air tidak bercampur
sama sekali dan membentuk dua fase secara langsung.
Pada formulasi sediaan
emulsi yang akan mempengaruhi sediaan farmasi yaitu di lihat dari bahan
tambahan (exipient) seperti :
o Pengawet
Pada
penambahan pengawet memerlukan bahan tambahan antimikroba karena fase air
merupakan tempat yang sangat mudah di tumbuhi mikroorganisme. Adanya pengawet
sangat penting dalam emulsi minyak dalam air karena kontaminasi eksternal mudak
terjadi.
o Anti oksidan
Dalam
sediaan emulsi berfungsi mencegah terjadinya reaksi osidasi.
o Pemanis
Sediaan
emulsi merupakan sediaan yang memiliki rasa yang kurang sedap karena terdiri
dari minyak apalagi tipe emulsi air dalam minyak sehingga rasa minyak tidak
tertutupi, maka dengan penambahan pemanis sangat di perlukan untuk menutupi
rasa.
o pewarna
VIII.
Usulan Formula
1.
Parafini Emulsum ( Emulsi Parafin )
Ø Tiap
100 ml mengandung : ( Formularium Nasional edisi 2 thn 1978 hal 227 )
-
Paraffinum Liquidum 50 ml
-
Gummi Arabicum 12,5 gram
-
Sirupus Simplex 10 ml
-
Vanillinum 4 mg
-
Aethanolum 90 % 6 ml
-
Aqua Destillata ad 100 ml
2.
Parafini Phenolphtalein Emulsi ( Emusi
Parafin Fenolftalein )
Ø Tiap
100 ml mengandung : ( Formularium Nasional edisi 2 thn 1978 hal 228 )
-
Phenolphtaleinum 300 mg
-
Paraffinum Liquidum 50 ml
-
Gummi Arabicum 12,5 gram
-
Saccharrinum Natricum 5 mg
-
Acidi Benzoici solutio 2,5 ml
-
Vanillinum 50 mg
Aqua
Destillata ad 100 m
IX.
Kesimpulan
X.
Daftar Pustaka
a. Farmakope Indonesia edisi III tahun 1997. halaman 47
b. Farmakope Indonesia edisi IV tahun 1995. Halaman 175 dan 718
c. Handbook Of Pharmaceutical Exipient. Halaman 2, 97,
130, 343, 395, 479
[Disusun Oleh Mahasiswa Farmasi Unisba]
No comments:
Post a Comment